Minggu, 11 Desember 2011

PPLku berakhir lalu terbitlah Rindu

Dua setengah bulan PPL yang ku rasa sangatlah lama di awal akhirnya berlalu sudah. Kemarin, tanggal 5 Desember 2011, perpisahan digelar. Walau dengan konsepan acara yang serba dadakan, Alhamdulillah berjalan dengan lancar.



3 Desember, harusnya itulah tanggal perpisahan itu. Tapi karena kepsek dan dosen pembimbing kami berhalangan hadir. So semua itu di undur.

Di awal PPL kemarin, hari demi hari terasa amat berat. Mengkondisikan badan terhadap tingkah laku siswa-siswi yang memegalkan hati juga mengkondisikan badan untuk pergi pagi berjuang mulai dari naik ojek, spot jantung naik bis bukit, dan geram dengan lamanya si mobil lemabang *ngetem*. Semua pengkondisian itu perlu perjuangan yang besar.

Sering rasanya ingin merajuk dengan mereka karena tingkahnya yang membuat aku malas untuk berkoar-koar di depan kelas membagi ilmuku yang memang wajib dibagi. Dan ya.. akhirnya aku mulai sering marah-marah dengan ocehan-ocehan yang masuk telinga kanan dan keluar di telinga kiri mereka. Namun tingkah mereka ada juga yang “so sweet”, saat diriku sakit dan tugasku digantikan oleh partner ku, mereka menunjukkan perhatiannya kepada diriku.

“Bu, sakit ya bu? Jangan lupa minum obat bu!”

Saat diriku mengajar dan tiba-tiba terhenti karena batuk mereka langsung diam dan berkata pada yang masih ribut, “ibu Ana itu lagi sakit, diamlah sedikit.”

Senang rasanya walau hanya diperlakukan begitu. Tapi tahukah kalian nak, itu menjadi spirit untuk Ibu yang hampir tak mau menjadi guru ini.

Tak sedikit juga dari mereka yang jahil lalu ku tegur dan diam. Walau hanya diam sesaat kemudian kembali jahil. Capek juga rasanya tapi.. skali lagi tak bosan untuk di ulang-ulang-dan di ulang lagi untuk menegur mereka. Tak heran sebagian dari mereka suka bilang aku ini sering sekali marah.
Sekarang rasanya itulah seninya menjadi guru, apalagi guru bagi anak-anak SMP yang benar-benar baru gede, antara kekanakan dan sok dewasa.

Namun disaat semua sudah terkondisikan dengan baik, kakiku sudah menginjak gerbang perpisahan. Ah tak rela sebenarnya berpisah dengan kalian nak.

Ibu rindu kalian…

Ah si Ridho, dengan ciri khas tertawanya yang masih terngiang-ngiang. Tentunya dengan tangan yang menutupi mulut saat tertawa. Dan baru berpacaran dengan teman sekelasnya sendiri, Adel. Kalian masih kecil nak,, jangan buang waktu kalian untuk hal yang seperti itu. Belum waktunya.. tapi apa mau dikata, itu sudah jadi *trend* bagi mereka saat ini. “bu, doakan aku dan adel langgeng y bu.” Haduuh apalah si Ridho ini.

Si Jefri, yang mengagetkan aku saat tahu ia adalah bagian dari kelas yang ku pegang. Ku kira ia penghuni dari VIII.6. Terkaget-kaget sampai tak percaya kok bisa ia pindah-pindah kelas begitu saja. Perawakannya yang seram dengan tingkahnya yang diam-diam menghanyutkan buat aku ngeri untuk menegurnya saat ia malas mengerjakan segala hal. (ntahlah,, jangan ditiru y utk guru2 yang lain). Buang jauh-jauh nak sifat pemalasmu…

Si Fajar yang cengennya minta ampun, tapi jahil juga.. Kalo jahil jangan mudah nangis dan tersinggung y nak.. Tetep tegar!!!

Si Washington yang namanya aneh, si Isfan yang manis kalo senyum.. kalo ketawa keliatan giginya ada yang ilang.. Si M. Dwi aji yang lumayan jail , si Bima yang diem-diem menghanyutkan, Si Ari Yanto yang menurutku paling pinter di antara siswa-siswa di kelas itu, dan si Riko wakil Ketua Osis yang badannya kecil, berkawat gigi dan bersepatu tali hijau. Hahaha…

Si Tivalen yang manis banget kalo menurut aku,, Cempaka yang manja dan panikan. Esti yang rajin dan banyak bertanya, si Melinda ketua kelas yang cantik dan tak bosan setiap hari bilang “bu, jangan lupa ttd”. Si Adel yang muanja, Herliza yang rajin I think, 4 sekawan yang duduk di pojok yang sering banget kena marah oleh saya.. hhiii…

Si siapa lagi ya?? Tak habis rasanya kalo diceritakan satu-satu..
Bukan maksudku untuk terus-terusan marah, tapi mereka yang tak bisa dibilangin sekali saja. Selalu mengulang dan mengulang lagi. Itulah kelas VIII.8

Kelas VIII.7, kelasnya Ibu Hamdah, Guru pamongku tercinta…
Walau hanya beberapa kali pertemuan saja dengan mereka.. sayang juga dengan mereka..
Si agung lamongga yang mau belajar, Si Wirandi yang kena hukum Ibu Nindya saat aku ngajar, Posma si Bontet non Islam yang males banget belajar, Si Teza yang salah ku panggil dengan Tejo. Si Ketua Kelas yang masih nurut kalo dibilangin, Si Tinggi Siti ayu, 3 sekawan itu,… Si Galuh, Falin, Tity, ah siapa lagi nama mereka y… tak terlalu hafal nama-nama mereka namun yakinlah wajah kalian sudah terpatri di kenangan indah yang akan ibu simpan di hati ibu. Hahaha.. So Sweet.

Kelas VIII.9, kelas yang dipegang Uni Leni, partnerku..
Hampir tak pernah aku benar-benar mengajar dikelas ini. Karena memang ini bukan kelas ku. Namun hampir di setiap pelajaran matematika aku menemani leni untuk mengajar. Walau hanya sekedar duduk sambil mengerjakan sesuatu ataupun berkeliling mengamati mereka.. Tapi malah sebuah kejutan mereka berikan kepada kami berdua.. Ya, di saat pertemuan terakhir.. Mereka memberikan kami kenang-kenangan hasil mereka ngumpulin uang. Uni Leni diberi boneka domba dan aku diberikan boneka hati. Ah.. terharu. Seumur-umur waktu aku masih jadi siswa,, aku tak pernah memberikan kenang-kenangan untuk guru PPL. Sumbringah kamipun belum sampai disitu.. Ada pula yang memberikan boneka teddy bear pink atas nama sendiri dan juga ada yang memberikan jilbab.. ah kalian ini seharusnya tak perlu seperti itu.. kami kan jadi terharu..

Kalian begitu mengangenkan y sekarang.. ibu kangen loh untuk memarahi kalian.. di salami oleh kalian.. di beri salam dan di sapa oleh kalian., sekarang sudah tidak ada lagi hal-hal yang seperti itu

Beberapa hari ini semuanya masih terobati saat aku mesti bolak-balik SMP N 4 untuk menyelesaikan laporan. Aku bertemu mereka.. Di peluk mereka.. dekat dengan mereka.. ada kebahagiaan tersendiri deh pokoknya.

Hal yang membuat aku kangen adalah kalian teman-teman PPLku. Kalian berbeda.. kalian seperti kawan-kawan sekolahku dulu, bukan seperti kawan-kawan kampusku. Aku rindu dan nyaman bergaul dengan kawan-kawan yang seperti itu. Yang blak-blakkan, yang tidak ja’im, yang bener-bener bikin nyaman.. ah makin membuncah rindu ini..

Akhirnya PPL ini berakhir dan terbitlah rindu. Kerinduanku pada mereka, siswa, suasana, dan kawan-kawan PPL lainnya.

Smoga kita bertemu lagi di lain kesempatan yang lebih indah ya semuanya…
Bertemu siswa-siswi ketika mereka sudah sukses.. Bertemu dengan kawan-kawan PPL di Audit (wisuda) aamiin. Kecup basah untuk kalian.. muuuuuuuuuuuaaaaaaaaaaaachhhh.. :* :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar