Selasa, 27 September 2011

semester tujuhku...

hi semuanya..
ana ingin sedikit berbagi apa yang ana rasakan beberapa minggu terakhir di awal semester 7 ini.
tidak terasa, udah nginjakkin kaki di semester 7. tujuh.. waw, udah jadi angkatan paling tua di kampus. udah semakin jarang ke kampus daaaaan harus menempuh satu mata kuliah yang paling ana ragukan sejak masuk ke dunia fkip. yapz, bener, PPL. sumpah beneran pengen mundur saat memang harus ngikutin PPL kemarin. beneran pengen gak mau ngelanjutin studi di fkip kalo inget harus PPL. tapi itu gak mungkin,, kalo emang bener terjadi.. its mean, sama aja kalo ana ngabisi uang mamak untuk hal yang sia-sia selama 3 tahun ke belakang ini.

hal yang paling memberatkan ana untuk PPL adalah kondisi fisik ana. kondisi fisik ini yang membuat ana bertanya pada diri sendiri, apakah pantas menjadi seorang guru? apakah layak ana menjadi seorang guru? sama seperti saat pertama kali kuliah di fkip matematika. beratttt,, apakah pantas orang sepertiku menjadi mahasiswa sebagai calon guru. bicara ku saja kadang tak jelas, bagaimana mungkin seorang yang seperti aku bisa memberikan ilmu dengan suara yang begini..
baru nulis segini aja,, air mataku sudah berlinang. ah lemahnya diriku...

untuk masalah fisik yang lainnya tak membuat ku minder untuk PPL, tapi untuk bibir ku ini... aku ingin menangis dan berteriak..

saat aku tahu, PPLku ditempatkan di sekolah menengah pertama yang lumayan bagus di kota palembang, hatiku bertambah dag dug. siapkah aku menghadapi celoteh, sikap, dan tingkah anak yang baru beranjak itu? aku kembali ingin berteriak,, ingin menangis, ingin mempercepat waktu agarr PPL ini cepat berakhir.

saat pelepasan PPL. semangatku membuncah, di satu sisi begitu menyenangkannya berinteraksi dengan siswa.. berbagi ilmu, dan banyak hal yang bisa dilakukan dengan mereka.. namun di satu sisi yang lain.. aku takut. aku takut akan .... yah kalian tahu sendiri lah bagaimana anak-anak zaman sekarang. jangankan zaman sekarang, zaman dulu saja aku sudah banyak dihina oleh temen-temen seusiaku. sudah bertahun-tahun aku biasa dibegenikan tapi ntah kenapa hati belum kebal menerimanya.

saat penerimaan kami di SMP tersebut.. dengan sebuah semangat yang terbilang dipaksakan aku berusaha terus untuk tersenyum dan bersikap aku sama kok dengan yang lainnya. walau aku tak tahu apa yang ada benak mereka. tapi ku yakin temen2 PPL ku di smp ini sudah dewasa semua.
hem.. sampai ketika kami menyalami guru-guru disana daaan tiba di ibu itu, dengan tatapan yang tak biasa beliau melihatku. tak bisa ku tebak apa yang sedang ia pikirkan,, sejenak aku terdiam dan lagi-lagi aku sangat berusaha untuk selalu tersenyum. perang dalam batinku berkecamuk. aku ingin berlari pulang tapi tak mungkin. aku sudah memulai dan aku harus berani mengakhrinya dengan indah.

satu minggu telah berlalu..
aku tetap begini...
aku tetap punya kekurangan ini
aku takut dengan tatapan mereka, senyuman aneh mereka, tertawa kecil mereka ketika melihatku, ah,, seandainya aku sama seperti yang lain. mungkinkah perasaan kami akan sama? mungkinkah aku lebih kuat dari aku yang sekarang?

ah.. ntahlah.

sampai saat ini,, semua berjalan dengan baik, dibaik-baikkan lah..

dan batinku masih seperti kemarin, berkecamuk..

ini semua memang sudah takdirku? atau aku yang terlalu memaksakan keadaan.